ACIKITA Foundation

Hiyodoridai 3-9 21-104, Kobe 651-1123, JP

+81 80 3333 1327

admission@acikita.org

Hiyodoridai 3-9-21-104 Kobe 651-1123, JP

09:00 - 17:00

Monday to Friday

123 456 789

info@example.com

Goldsmith Hall

New York, NY 90210

07:30 - 19:00

Monday to Friday

The child has one intuitive aim: self development

Resensi Buku, “Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang.”

Resensi Buku, “Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang.”

Buku berukuan : 21 x 14 cm

Ilustrasi cover: Titin Fatimah.

Tebal halaman: 216+ halaman

Penerbit: ACI Publishing, Januari 2009

Penulis: Jumiarti Agus Ph.D, Willy Yanto Wijaya (S1), Titin Fatimah (S2),Mochamad Asri (S1), Rina Fitriana (S2), Juariah (S2),Dwi.N.K. Wati (S2), Yessi Nirwana Kurniadi (S3), Nova Ayu Maulita (Pertukaran Pelajar), Silvia Aslami (Pre-college)

Saya berdecak kagum, ketika buku antologi “Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang” tiba di tangan saya. Ilustrator buku yang gagah. Ia memperkenalkan simbol terkenal Jepang, ‘Bunga Sakura, Tokyo Tower, gedung megah dan Gunung Fuji terpampang di depan mata. Entah mengapa terselip rasa bangga memegang buku ini. Sungguh besar kekuasaan Allah yang memberikan kehebatan kepada anak-anak bangsa.

Membaca kata ‘beasiswa’ saja, sudah membuat haru. Perasaan ini timbul, murni dari sanubari saya, sebagai ibu, yang memiliki dua anak remaja. Berharap besar, mereka akan seperti kakak-kakak dalam buku ‘sukses meraih cita’ ini.

Pertama, saya tertegun pada tulisan seorang mahasiswi belia: Silvia Aslami. Tuturannya begitu apik, tidak bertele-tele. Ditulis mengalir dan sampai kepada ‘tujuan’ isi, dengan tidak membosankan. Isinya padat informasi; “Bagaimana cara bersekolah di Jepang, dengan biaya sendiri (non beasiswa). Ia juga tuturkan bagaimana usahanya untuk dapat meraih beasiswa, agar tidak terlalu menyusahkan orangtua.” Saya menikmati cerita alami, yang mana seorang gadis muda ingin meraih cita di negeri maju, Jepang. Saya yakin pembaca lain pun senang membaca tulisannya yang menarik dan memberi inspirasi.

Melirik goresan Willy Yanto juga sama asyiknya. Pemuda yang berhasil mendapatkan “YSEP” (Young Scientist Exchange Program)”. Ia memberi semangat kepada pembaca, bahwa: “Bila ingin studi ke Jepang, tak harus pintar bahasa Jepang dulu. Tapi harus punya bekal bahasa Inggris yang baik.”  Penekanan ini pun sungguh perlu. Karena mengingat bahasa Inggris, sudah diajarkan sejak SMP. Seriuslah mempelajarinya, agar bisa menjadi bekal menembus sekolah ke luar negeri. Plus pengalaman pribadi, di luar belajar pun ia tuangkan. Asyik sekali Willy bercerita ketika ia bermain ski dan mandi hot spring (onsen) atau sumber air panas, melepas penat. Menarik sekali ia mengajak para pemuda untuk bisa meraih impian dan menikmati budaya dan fasilitas di negara maju.

Kemudian, saya tersentuh pada penuturan rendah hati seorang Juariah. Berpredikat master (S2) dari Takushoku University Tokyo. Ia berjuang dari nol! Sang juara wahid ini, yang pernah gagal masuk ke universitas negeri di Indonesia, malah menembus perguruan tinggi luar negeri; di Tokyo. Berkat rahmat Allah dan semangat cita cinta yang luhur dari ayahandanya, berbuah amat manis! Haru biru dalam tuturannya, bisa membawa inspirasi kepada semua pemuda (sekaligus ajakan kepada orangtua), untuk “Jangan pernah menyerah!”

Membaca tuturan Mochammad Asri, juga airmata saya sempat menitik. Kepediahan hatinya ketika menghadapi kepergian ayahandanya ke Rahmatullah. Ibunda yang harus membesarkan anak-anak seorang diri. Ah….banyak keharuan dan perjuangan yang ia ungkap dengan jujur, dan patut diteladani. Saya tertarik dengan sebutannya: “negeri seribu gempa untuk negara Jepang”. Yang mana ia sebut demikian, karena sama artinya dengan perjuangan yang ia jalani. Ya, ia harus berjuang untuk berhasil di negara maju ini.

Pengalaman manis dan daya juang Titin Fatimah, Rina Fitriana, Jumiarti Agus, Nova Ayu dan Yessi Nirwana, sungguh membanggakan. Memang saya tak bisa sebut lagi satu-satu perjuangan anak bangsa ini. Masya Allah, goresan pena mereka, mampu menggerakkan hati saya. Sebagai orangtua, ingin anak-anak saya seperti mereka! Bahkan, dari sisi hati yang lain, sempat berbisik “Saya pun ingin kuliah lagi, ingin mencicip bagaimana ‘manisnya’ menimba ilmu di negara maju, secara formal.”

Buku ini cukup mengobarkan semangat saya sebagai pembaca. Setidaknya akan membagi semangat cita ini kepada buah hati yang masih belia di rumah.

Paparan gaya ACI, yang memang ditulis oleh mahasiswa hebat, tersusun dengan teliti dan detil. Dituang secara ilmiah populer dan lugas. Tidak ditimbuni oleh data-data, grafik dan hipotesa yang membosankan. Pembaca seperti ‘diajak ngobrol’. Memang benar sih, tuturan asli itu, akan lebih mengena. Dan tentu saja dapat dipercaya kebenarannya, daripada ‘katanya si Mr.A, B atau C’!

Buku ini di samping memuat antalogi kisah dan perjuangan gigih para penulisnya, juga ada bahasan terkait saran dan info komplet tentang bagaimana cara untuk memulai aplikasi studi di Jepang, mulai dari kiat menemukan profesor, etika berkomunikasi dengan profesor, hingga proses membuat proposal penelitian, CV dan pengisian formulir aplikasi.

Juga dilengkapi dengan beragam beasiswa yang ada. Ada beasiswa yang dapat dilamar dari luar (saat belum datang ke Jepang) juga ada beasiswa yang dapat dilamar setelah bersekolah di Jepang.

Ada juga informasi tentang program study, baik yang bergelar (S1, S2 dan S3) maupun tanpa gelar (sekolah bahasa jepang, D2, D3, program khusus misalnya mahasiswa pendengar atau mahasiswa pengumpul kredit). Ini berhubungan dengan seseorang yang hanya ingin menimba ilmu untuk suatu minat tertentu, tanpa beban ujian dan nilai. Informasinya dilengkapi dengan prosedur aplikasi, persyaratan yang dibutuhkan, dan besarnya uang sekolah.

Sisi kekuranganya, hampir saya tak temukan, dalam buku ini. Hanya, saya menagih photo-photo sebagai pelengkap yang tak tercetak, dalam buku ‘RMSMBJ’. Di mana biasanya bukti photografi lokasi dan kegiatan; menjadi ciri khas gaya ACI.

Akhir kata, secara garis besar, tak berlebihan bila saya katakan: “Enggak rugi deh, baca buku ‘padat gizi’, apalagi bila Anda mau sukses nembus perguruan tinggi di Jepang, seperti mereka!”

*Rose FN, penulis dan pengajar bahasa Inggris anak-anak di SD Yukuhashi-shi*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *