Alur dan irama kehidupan anak, mengikuti irama kehidupan orangtuanya. Bila orangtua mengisi waktunya dengan hal-hal positif, maka anak pun ingin begitu. Ketika orangtuanya memasak, anak pun ingin mencobanya. ketika orangtuanya membersihkan rumah ia pun ingin membantu. ketika orangtuanya menjahit, ia pun ingin menjahit, memegang benang, memencet tombol mesin jahit, dan menjahit sesuatu, katanya membuat ofuton (alas kasur) untuk bonekanya.
Inilah sebagian hal-hal yang saya petik dari perkembangan Najmi, hari demi hari. Apapun yang dikerjakan maminya, ia ingin terlibat. Memberikan kesempatan kepadanya adalah hal yang baik, ketika ia sudah meminta untuk mencoba melakukan sesuatu. Itu yang saya alami dengan Najmi. Sehingga memasak, dalam artian memotong sayur, membuat onigiri untuknya sendiri, menata hidangan, Najmi sudah bisa dipercaya. Begitu juga dengan kebiasaan bebersih, sudah tampak ia milikinya, walaupun belum 100% dipelihara.
“Anak terus diingatkan, jangan pernah bosan,” begitu kata seorang psikolog yang sempat saya tanyakan, tentang topik “Sebenarnya anak umur berapa siap dikasih keterangan yang nyata, bukan dunia khayalan seperti kebanyakan buku-buku atau filem-filem anak.” Hal ini mengingat perkembangan Najmi memasuki tahapan “ingin tahu tentang dunia nyata”
Kali ini karya Najmi adalah membuat buku ala dia sendiri. Hal ini berawal ketika maminya menerbitkan buku. Berlanjut ketika ia tahu bahwa maminya menulis buku di sela-sela kegiatan harian di rumah. Bahkan tak jarang ketika menemani Najmi menonton tivi (pada acara khusus anak) Mami membawa lap top ke ruang tengah, ruang keluarga rumah kami.
Najmi pun melihat-cover-cover buku yang dibikin oleh maminya, khusunya untuk buku-buku parenting. Ia juga senang bila ia membaca namanya di halaman cover, karena memang illustrasi buku yang digunakan maminya adalah karya original Najmi.
Dulunya Najmi pun minta diprintkan dan dibuatkan buku dari karya-karyanya. Namun belakangan ini, ia mencoba membuat buku sendiri. Beberapa helai kertas HVS ia gunting menjadi ukuran buku yang ia inginkan. Terus cover buku pun ia lukis sendiri. Judul buku ia tulis dengan tulisan tangannya. Buku pun ia klip sendiri dengan alat jepit yang kami sediakan untuknya.
Lucu sekali, Najmi sering membacakan buku-buku yang dibuatnya kepada Mami dan Papinya. Sayang ide Najmi menguap begitu saja, maka maminya pun merekam cerita yang dituturkan Najmi, memanfaatkan menu yang tersedia di keitai (HP) Mami. Biasanya memori HP Mami hanya kecil, tapi Papi menambahkan kapasitas memory HP, sehingga bisa merekam dalam waktu yang panjang.
Ukuran buku yang dibuat Najmi juga beranekaragam, ada yang besar, ukuran sedang dan ada yang kecil. Ketika ditanya kenapa begitu, ya iya jawab buku-buku yang di jual di supermarket itu juga beranekaragam, ada yang besar, sedang, dan kecil.
Anak sifatnya meniru, dan mengamati alam sekitarnya. Sama juga halnya dengan kita orang dewasa, mengambil dan mendapatkan banyak ilmu, dari apa yang dilihat. Namun makin anak diberikan kesempatan ia akan makin sensitif dan peka untuk mengambil dan menyerap nilai-nilai yang ia lihat dari lingkungannya. Kemudian ia pun akan mencobakannya.
Semoga kita semua bisa tanggap akan perlembangan anak-anak kita. Memberikan kesempatan kepadanya adalah hal yang bijaksana daripada mengungkung dan terus memperangkap keinginan anak. Tentunya orangtua harus siap mendampinginya, tidak langsung melepaskan ia berkarya dan beraktivitas sendiri.
Bagaimana bila punya banyak anak? ya tentu orangtua juga siap dengan trik jitunya, karena Allah tidak memberikan sesuatu tanggungjawab kalau bukan karena Allah menilai hambaNya itu mampu mengembannya.
Wassalam
Mamianak
Tokyo
080404
Leave a Reply