ACIKITA Foundation

Hiyodoridai 3-9 21-104, Kobe 651-1123, JP

+81 80 3333 1327

admission@acikita.org

Hiyodoridai 3-9-21-104 Kobe 651-1123, JP

09:00 - 17:00

Monday to Friday

123 456 789

info@example.com

Goldsmith Hall

New York, NY 90210

07:30 - 19:00

Monday to Friday

The child has one intuitive aim: self development

Undoukai (Kegiatan Olahraga Terkordinir Tahunan)

di Sekolah Dasar Hiyodoridai, Kobe, Jepang

Oleh : Jumiarti Agus

Bulan September, di banyak sekolah di Jepang mengadakan undoikai (kegiatan olah raga yang terkordinir, terjemahan bebas menurut saya). Begitu juga di sekolah Najmi yang baru di Hiyodoridai, Kita-Ku, Kobe. Sekolah ini bukanlah sekolah yang berada di kota besar, orang di sini meyebut daerah ini sebagai desa. Ya, di sekitar tempat tinggal kami yang sekarang masih banyak hijaunya (hutan-hutannya). Sangat berbeda dengan daerah tempat tinggal kami sebelumnya, di Minami Machida, Tokyo. Namun fasilitas sekolah dasar negeri, bangunan dan gedung sekolah yang megah dan kokoh berlantai empat, tak kalah dengan sekolah Najmi sebelumnya di Tokyo. Bahkan dari segi teknologi, sekolah yang di Kobe ini lebih maju, di sini mereka menggunakan energy listrik, dari solar cell (energy panas matahari).

Minggu 29 September 2013, cuaca pagi memang terasa mulai dingin, tapi setelah jam 9 terik dan panas matahari sangat terasa. Bahkan serasa musim panas. Di tengah terik dan panasnya sengatan matahari, anak-anak murid SD Hiyodoridai mengadakan undoukai. Semua guru ikut berpartisipasi dan menjalankan tugas sesuai perencanaan. Tidak hanya guru olah raga yang aktiv di lapangan. Sehingga dipastikan acara berjalan sangat baik, lancar dan apik, tanpa ada kerusakan teknis, dan hal yang terjadi di luar dugaan. Begitulah ciri khas orang Jepang yang selalu apik mengemas acara (selama pengalaman dan pengamatan kami hadir di banyak event di Jepang).

Sesuai rencana yang tertulis diundangan, jam 9 teng acara dimulai. Najmi sudah berangkat dari jam 7.50, seperti jadwal biasa ia meninggalkan rumah di pagi hari. Rais, Aqeela dan papinya berangkat jam 8 lebih 45 menit. Sementara saya sedikit telat, karena harus menyiapkan bentou (bekal) untuk makan siang bersama di sekolah. Bentou saya titipkan  pada papi dan anak-anak, setelahnya saya baru bersiap untuk pergi. Jarak dari rumah kami ke sekolah hanya 5 menit berjalan kaki.

Lapangan sekolah tampak dipenuhi oleh pengunjung, anak-anak dari kelas satu hingga kelas enam memasuki lapangan, dan memberikan salam. Acara inti pada pembukaan, adalah sambutan kepala sekolah yang hanya beberapa menit saja.

Kepala sekolah menekankan, “Bahwa kegiatan ini untuk terciptanya tubuh yang sehat dan kuat, serta persahabtan dan keakraban bagi semua murid. Semua kalian baik group putih dan group merah adalah sama-sama murid SD Hiyodoridai. Kalah dan menang tidak menjadi tujuan. Bergiatlah dan bersungguh-sungguh melakukan semua yang menjadi program pada undoukai tahun ini. Saigo made gambarimashou!”

Khusus hari undoukai ini semua anggota keluarga memberikan oen (support); nenek-kakek, ayah-ibu, adek-kakak hingga bayi pun, ikut bersama datang ke sekolah. Setiap keluarga membawa bentou (bekal) makan siang, berbagai peralatan untuk mendokumentasikan acara (kamera, video, dll), berbagai macam perlengkapan untuk makan; mulai dari rejasitto (alas tempat duduk lesehan, hingga meja dan kursi makan lipat. Semuanya tergantung pada kesukaan masing-masing.

Setiap keluarga sudah mengambil tempat, dan menghamparkan alas tempat duduk secara beraturan. Tanpa ada yang berebut, berantam, perang mulut, berselisih paham satu orang pun. Dan tanpa ada petugas yang mengomandoi semuanya untuk tertib dan teratur.

“Tampak semuanya sudah paham, bagaimana harus bersikap dan bertindak ketika berada di tengah masyarakat. Inilah salah satu bukti nyata hasil pendidikan moral dan karakter di lingkungan masyarakat Jepang.”

Di tengah teriknya matahari yang tiada redup sedikitpun, yel-yel semangat dan teriakan ayo bergiat dari group putih dan group meriah, dikomandokan secara teratur dan bergantian.

Lomba lari estafet, mulai dari murid kelas satu hingga murid kelas enam. Lomba lari merupakan acara wajib di seluruh undoukai yang pernah kami hadiri, mulai dari hoikuen  (prasekolah) hingga SD. Semua anak harus di-support untuk mempunyai tubuh yang sehat dan kuat.

Para alumni, mereka yang bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) Hiyodoridai, juga ikut mengisi acara, Mereka menampilkan alat musik komplit dengan terompet besar Mereka mengambil posisi di lapangan, dengan berbagai konfigurasi yang diarahkan untuk semua pengunjung yang berdiri di lingkaran belakang tempat murid-murid yang duduk teratur di lapangan sekolah.

Pada saat istirahat, (jam 12 hingga jam satu) setiap keluarga ngampar di sekitar lingkungan sekolah. Bahkan di SD Hiyodoridai, aula sekolah yang berfungsi serba guna juga dibuka, di sana juga penuh dengan tamu yang datang. Sungguh merupakan acara penting dan besar dari semua acara yang diadakan oleh sekolah yang melibatkan keluarga. Manusia yang hadir sangat ramai.

Kegiatan senam dan olahraga tubuh juga ditampilkan dan cukup mendominasi. Kesulitan gerakan disesuaikan dengan usia dan tingkatan kelas. Murid kelas lima dan enam menampilkan kegiatan senam dan olahraga tubuh yang sangat sulit. Mulai dari kegiatan senam perorangan, hingga kegiatan senam dan olahraga tubuh berkelompok. Najmi karena tubuhnya ringan, dia kerapkali berperan di posisi piramid paling di atas.

Kegiatan dance yang inovatif diringi dengan musik; mulai dari musik tradisional Jepang hingga musik dan nyanyian populer berbahasa Inggris. Dance ditampilkan oleh murid-murid kelas satu dan dua, serta murid kelas 3 dan kelas 4. Gerakannya mudah tapi bermanfaat untuk tubuh. Posisi dan konfigurasi murid diatur sedemikian rupa, sehingga sangat indah dipandang, dan bisa dinikmati oleh seluruh hadirin.

Kegiatan berupa permainan juga dihadirkan. Anak-anak kelas satu dan kelas dua, memasukkan bola ke dalam keranjang. Group merah memasukkan bola ke dalam keranjang berwarna merah, dan hal yang sama untuk group putih. Jumlah bola yang masuk dihitung bersama-sama. Bila dalam dua ronde yang ditetapkan nilainya 1-1 untuk kedua group, maka pada ronde ketiga kedua group harus memasukkan semua bola ke dalam keranjangnya masing-masing. Pemenang adalah group yang lebih dahulu menyelesaikan tugasnya.

Setiap usai satu program, tepuk tangan penonton sangat meriah sekali. Seringkali tepuk tangan disertai dengan suara sugoi !!!  (hebat!!!) yang berulangkali, dan diiringi dengan wajah ceria dan takjub.

Meskipun cuaca panas dan terik makin terasa, para murid tidak ada yang merengek kepanasan. Mereka semua tetap semangat. Para keluarga yang datang pun tetap menonton memenuhi lapangan. Tidak ada satu orang pun yang pingsan, meskipun seringkali terjadi orang yang jatuh tiba-tiba karena panas yang sangat terik, di Jepang. Para orangtua selalu siaga mengisi botol minum anaknya masing-masing, sebagai ganti air di dalam sel tubuh yang cepat menguap, karena sungguh panas terik. Kami sampai balik ke rumah untuk menjemput air minum segar untuk Najmi.

Para guru sudah memikirkan bagaimana program undoukai juga melibatkan anggota keluarga. Para anggota keluarga yang hadir juga diikutkan dalam program setelah makan siang. Ada program untuk para ayah dan ibu. Misalnya tarik tambang. Dan ada juga program untuk anak-anak. Siapa yang berminat harus mendaftar sebelum hari-H agar bila terjadi luka atau kecelakaan, yang ikut serta sudah siap dengan hoken (kartu asuransinya).

Acara undoikai sesuai program berakhir sampai jam 3 sore. Sangat panjang memang. Dan dari semua program yang mengikutsertakan anggota keluarga, inilah program tahunan yang terpanjang dan terbesar, yang tampaknya tidak boleh dilewatkan oleh semua anggota keluarga.

Dari totalitas rangkaian acara, saya menganalisis bahwa kegiatan undoukai tidak hanya bertujuan untuk pembentukan fisik yang sehat dan kuat. Tapi juga bertujuan untuk mengajarkan kerjasama, kekompakan, hidup harmonis, kejujuran dan sportivitas, serta semangat juang yang tinggi. Jadi kegiatan undoukai mempunyai makna untuk pembentukan pisik, mental dan kepribadian yang baik untuk seluruh murid-murid.

Dengan perlombaan sistem group merah dan putih yang terdiri dari murid kelas satu hingga kelas enam, artinya mereka mengajarkan murid-muridnya untuk berjuang secara berjamaah dan kompak dalam tim, sejak dini. Mereka tidak menampilkan event perlombaan perorangan yang mewakili kelas. Karena perlombaan seperti ini beresiko untuk menumbuhkan minat, bakat, dan potensi diri anak-anak.

Perlombaan secara berjamaah mempunyai arti menumbuhkan rasa percaya diri pada setiap anak. Kemenagan tim bisa terjadi karena perjuangan berjamaah, dan bukan karena si A dan si B yang hebat. Mereka tidak menjagokan personil, karena ini bisa menyebabkan timbulnya ungkapan, egois pribadi, “Aku yang hebat dan lebih jago”. Maka itu di tubuh masyarakat Jepang, rasa arogan pribadi, dan meremehkan orang lain adalah hal yang tabu dan tidak ditampilkan oleh masyarakat dewasanya.

Mereka para pendidik di Jepang meyakini dan sangat paham bahwa semua muridnya mempunyai potensi yang harus selalu dibina dan disupport. Mereka sangat mengerti untuk melanjutkan pembangunan di negara Jepang dibutuhkan generasi penerus yang akan mengisi berbagai lini, makanya dari dini potensi semua muridnya harus ditumbuhkembangkan, sehingga besarnya nanti mereka bisa mengambil peran sesuai potensi dirinya.

Selama event berlangsung tidak ada satupun yang bertengkar, atas perlombaan berjamaah dan penilaian oleh juri (guru-guru mereka). Emosional atas kekalahan group tidak pernah terjadi. Guru selalu menjaga stabilitas emosional semua muridnya, dengan menyemangati kedua group secara berimbang. Dan rasa bangga yang berlebihan karena menang, juga tidak ada ditubuh murid-muridnya. Semua teriakan, “Yatta, aka ga kachi atau yatta shiro ga kachi (Hore group merah yang menang atau hore group putih yang menang!) Hanya berakhir di lapangan saja.

Menghadiri event ini merupakan pendidikan yang luar biasa bagi kami yang mempunyai kesempatan mengamati sistem pendidikan yang didapatkan oleh anak kami. Dan ini adalah rahmat yang luar biasa dari Allah SWT, sebagai bahan masukan bagi kami untuk berjuang di ACIKITA Karena kebobrokan dan terdegradasinya moral bangsa Indonesia (yang berakibat fatal terhadap kemajuan RI kita) hanya bisa dijawab dengan memperbaiki sistem pendidikan dini di Indonesia.

Sistem pendidikan di Indonesia sangat salah besar, karena dari kecil anak diinginkan jago berhitung, tambah dan kurang, serta pintar bahasa Inggris. Sistem pendidikan dini di negeri kita, tidak fokus pada pembentukan moral dan kepribadian anak yang baik. Sehingga manusia dewasa Indonesia saat ini gampang berbohong, korupsi, membanggakan diri pribadi, tidak mau bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan, suka menjerumuskan orang lain, ingin sukses instan dengan menghalalkan berbagai cara, dan lain-lain seperti yang terjadi secara nyata di tengah peradaban manusia Indonesia saat ini.

“Sungguh memprihatinkan sekali!”

Di Jepang, negara maju yang masyarakatnya mempunyai moral dan kepribadian yang baik, pendidikan dini lebih ditekankan pada pengajaran moral dengan sistem aplikasi yang terinovasi, teladan para pendidik pada semua program, dan kesempatan di sekolah setiap hari. Kemajuan mereka sangat berakar kuat pada moral dan kepbribadian bangsanya. Inilah rahasia kemajuan bangsa Jepang yang sesungguhnya.

Indonesia mesti banyak belajar pada Jepang, tentunya mengambil yang terbaik, dan memformulasikannya sesuai agama, budaya dan etika dan kebutuhan bangsa Indonesia.

Yuk tetap semangat untuk perbaikan negeri kita tercinta

Wassalam

Jumiarti Agus

Presiden Internasional ACIKITA dan pendiri ACIKITA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *