ACIKITA Foundation

Hiyodoridai 3-9 21-104, Kobe 651-1123, JP

+81 80 3333 1327

admission@acikita.org

Hiyodoridai 3-9-21-104 Kobe 651-1123, JP

09:00 - 17:00

Monday to Friday

123 456 789

info@example.com

Goldsmith Hall

New York, NY 90210

07:30 - 19:00

Monday to Friday

The child has one intuitive aim: self development

Ketika Anak Menyalurkan Bakat Orangtuanya

Kemarin siang Najmi dan Papinya pergi ke Shiyakusho (kantor pemerintahan setingkat kotamdya/kabupaten) untuk mengurus asuransi. Sudah lama kami memiliki asuransi double, tepatnya sejak tahun 2002. Dan sudah lama pula dibilang oleh orang Shiyakusho kalau hal itu mottainai (mubazir), karena kewajiban menjadi 2, sedangkan kami jarang menggunakan asuransi dari pemerintahan, selalunya kami menggunakan asuransi dari tempat kerja Papi. Namun Papi tak pernah sempat untuk menyetop asuransi dari Shiyakusho. Karena saat ini liburan musim semi, Papi menyempatkan untuk menyetop asuransi di Shiyakusho.

“Lumayan kan setahunnya sekitar 36 ribu yen. Bila 2 tahun tentu sama dengan harga tiket pp ke Indonesia untuk satu orang.”

Biasanya kami pergi bertiga, namun karena Mami sedikit kaze (flu), Mami lebih memilih bertahan di rumah, sembari mengerjakan pekerjaan yang masih terbengkalai (menulis maksudnya).

Dapur belum terjamah. “Ah nanti saja masak kilat dan cuci piringkan hanya sebentar,” seakan ada yang membisikkan begitu di diri Mami.

Waktu terus berlalu dan Mami heran, “Kok sudah lewat Maghrib Anak dan Papinya belum pulang?”

Mami ingin menelepon tapi malas, Papi pun begitu, ia tidak mengasih khabar berita ada dimana. Biasanya kalau Papi dan Najmi pergi, apa saja perkembangan, dan di titik mana saja berada, mereka selalu menelepon ke Mami.

Sepulangnya Najmi dan Papi, Mami duluan yang bertanya, “Papi kalau pergi dengan Anak gadis, lupa deh dengan Mami.” Padahal Mami juga tidak menelepon, tapi Papi tak membalikkan ucapan yang senada.

“Iya maaf Mi, si Gadis ini lama membaca buku di Carrefour”

“Oooo…mampir di Carrefour dulu, pantasan?”

“Iya, Anak ingin beliin sushi buat Mami dan Adek. Mami suka sushi kan?”

“Ini Anak yang belikan tadi ini.,” maksudnya Najmi yang mengambilkan sushi dari etalase dingin tempat sushi dijejerkan, seperti biasanya. 

Memang, saat hamil kali ini, Mami jadi sangat suka makan sushi. Berbeda sekali dengan masa-masa menjalani kehamilan Najmi dulu. Mami tidak sedikit pun mau makan sushi. Sekarang ini, setiap kali Mami keluar rumah dan mampir di supermarket, maka Mami selalu membeli sushi. Papi juga begitu, selalu membelikan sushi tanpa harus bertanya dulu pada Mami.

Entah kenapa rasa sushi semakin sedap di tenggorokan ini. Papi pun heran banget dan berpraduga, “Oh mungkin karena anaknya laki-laki, jadi suka sushi kayak Papinya.”

“Entahlah….”

***

Mami kemudian segera beranjak meninggalkan komputer dan menyiapkan makan malam. Kali ini Mami hanya membuat rebusan sayur-sayuran, karena proteinnya sudah ada. Sudah terlintas dari tadi di fikiran Mami hendak makan sayuran yang direbus dengan sedikit air dan dimakan dengan saus wijen. Mami memproses semuanya dengan cepat, dengan harapan setelah Najmi selesai mandi, kami langsung makan malam. Namun begitu, walaupun Najmi sudah rapi sehabis mandi, ia pun segera memasuki dapur.

Mami, Anak mau ikut bantu memasak juga.”

“E… Mami sudah selesai…”

Najmi memang suka sekali memasak, hampir setiap hari ia ingin memasak kalau melihat Mami atau Papinya ada di dapur, walaupun hanya memotong sayuran dan membuat menu sederhana. Atau terkadang membuat onigiri sendiri dengan alat khusus yang gampang digunakan Najmi. Memang alat itu untuk membuat onigiri anak-anak. Alatnya sangat praktis sekali.

“Ya sudah, Anak memotong mentimun ini saja ya.” Mami menginzinkan Najmi

Hai iii yo (ya nggak papa),” Najmi tampak senang diberi kesempatan.

Mami menyalurkan maunya Najmi, biar urusan cepat selesai. Sementara menunggu Najmi, Mami menyiapkan makanan dan meletakkannya di meja kecil di ruang kerja Papi, karena lebih hangat di sana. Terakhir setelah Najmi selesai, ia pun menata potongan-potongan mentimun tadi di atas sayuran yang telah Mami rebus.

“Cantik kan jadinya Mami?”

“Iya, terimaksih Nak, yuk kita makan.”

Mami meninggalkan Najmi dan membawa sayuran. Karena terasa sedikit capek, ya Mami duduk dulu melepaskan penat di sebelah Papi yang sedang menggunakan komputer.

“Pi yuk makan lagi.”

Mami mengajak Papi makan, sementara nasinya masih belum ada. Biasanya, kalau Mami sudah selesai memasak dan mengajak Papi makan, Papi akan melengkapi hal yang kurang dan belum tersedia di meja makan, misalnya menyiapkan minuman, mengambil nasi atau sendok.

Tiba-tiba dari dapur terdengar suara-suara gesekan, seperti aktivitas orang besar yang lagi sibuk di dapur.

“Ngapain si Gadis Mi….?” tanya Papi

“Nggak tahu, tadi ketika Mami tinggalin dia sedang membuat onigiri”

Tiba-tiba Najmi masuk kamar dan membawa satu piring Nasi. “Mami, ini nasi buat Mami.”

“Subhanallah, terimakasih Anak-chan, pintarnya Anak Mami lagi…”

Najmi kembali lagi ke dapur, sebentar kemudian ia datang lagi, “Papi, ini untuk Papi.”

Arigatou Anakchan….”

Najmi menghilang lagi, sebentar kemudian ia kembali lagi. Kali ini baru ia datang membawa piring berisi onigiri buatnya. Memang Najmi kalau makan nasi dan dijadikan onigiri ia akan makan lahap sekali. Makannya pun cepat, tidak main-main. Onigiri kali ini, dihiasi goma (wijen) kuning dan hitam, dan ada satu lagi onigiri bercampur bawang goreng. Semuanya ide Najmi.

Najmi memang suka berkreasi sendiri untuk masakannya. Ya Mami pun memberikan kebebasan buat Najmi, karena ia pun senang tampaknya, dan sudah bisa rapi dengan hal begini.

*** 

Kejadian tadi malam, membuat Mami dan Papi saling memuji Najmi. Duh baiknya anak kita Pi, Mami Papinya dibiarkan menyalurkan bakatnya. Mami dibiarkan istirahat, Papi dibiarkan menggunakan komputer. Tanpa dimintai tolong, Anak sudah menghadirkan nasi buat Mami Papinya.

“Ya makin terasa pertolongan tangan-tangan mungil Najmi.”

Subhanallah akan kuasa Allah ini. Kami tidak bermaksud menyuruh Najmi, tidak ingin memperkerjakannya apalagi. Tapi semua itu karena hobi Najmi sendiri. Semua itu atas keikhlasan dan kesenangan Najmi sendiri. Semua itu atas inisiatif Najmi sendiri.

Najmi pun tidak berucap macam-macam, misalnya, “Mami kok duduk aja, Papi kok sibuk komputer aja.”

Sama sekali tidak.

Tampak ia benar-benar tulus melakukan semuanya. Seakan dia mengerti dengan kondisi Maminya, dengan perut yang sudah gede, dan ada Adek di dalamnya, tentu lamban untuk bangun dari tempat duduk.

Najmi benar-benar menyalurkan bakat orangtuanya. Ia tidak mau mengusik, seakan dia mengerti sekali dengan kondisi orangtuanya.

Rasa salut yang dalam timbul dari Mami dan Papi. Sebenarnya bukan kali ini saja seperti itu, dilain hari sebelumnya juga sering Najmi membawakan snack kecil-kecilan bikinannya. Misalnya yogurt dicampur blueberry, ia bikinkan saat jam sanck tiba, atau makanan kecil lainnya, ala Najmi.

Rasa syukur kepada Allah atas kuasaNya ini. Semoga Mami dapat mengambil hikmah dari semua ini. Semoga Mami bisa juga menjadi orangtua yang menyengkan buat anak-anaknya, amiin.

Bagi Allah tak ada yang susah, Dialah yang menggerakkan hati dan kebaikan mahkluknya sekalipun masih anak kecil. Tak ada kiat istimewa dari Mami dan Papi buat Najmi. Hanya saja memang kami menghargai Najmi sebagaimana semua orang ingin dihargai dan diperlakukan dengan baik. Kami berusaha menghilangkan kekerasan terhadap anak, berusaha berlemah lembut kepadanya, menyalurkan bakat dan kemauannya. Asalkan sesuatu itu baik dan bermanfaat buat anak, maka  kami izinkan dan beri ia kesempatan.

Ternyata semua yang kami lakukan, melalui pertolongan Allah, anakpun membalas hal serupa kepada orangtuanya. Anak pun jadi seperti makhluk dewasa yang bijaksana yang sudah bisa berfikir untuk menyalurkan bakat orangtuanya sebagaimana orangtua menyalurkan bakat mereka.

Semoga dengan adanya peristiwa ini membuat Mami dan Papi makin bisa berprilaku baik untuk kemajuan dan perkembangan Najmi.

Terimakasih Nak, Mami makin banyak mendapatkan ilmu dan masukan dari semua peristiwa ini. Rasa syukur kepada Allah yang membuat semuanya menjadi hal yang nyata. Sungguh di luar dugaan manusia. Memang bagi Allah tak sulit hal apapun, bila Ia berkehendak maka terjadilah.

Tentu banyak pula rekan-rekan lain yang mengalami hal serupa ini. Banyak pula yang merasakan kebahagiaan seperti ini. Semoga makin hari anak-anak kita makin tumbuh menyenangkan. Dan kita pun sebagai orangtua dapat menjadi orangtua yang disenangi oleh anak. Semoga kita bisa selalu bersyukur atas prestasi-prestasi dan perkembangan yang diraih mereka. Semoga kita selalu optimis, bersemangat dalam membimbing, mendidik dan membesarkan mereka. Amiin

Wassalam

Mamianak

Tokyo 080402

(Najmi 5 tahun 9 bulan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *