ACIKITA Foundation

Hiyodoridai 3-9 21-104, Kobe 651-1123, JP

+81 80 3333 1327

admission@acikita.org

Hiyodoridai 3-9-21-104 Kobe 651-1123, JP

09:00 - 17:00

Monday to Friday

123 456 789

info@example.com

Goldsmith Hall

New York, NY 90210

07:30 - 19:00

Monday to Friday

The child has one intuitive aim: self development

Apakah Banyak Beasiswa di Jepang? Oleh Jumiarti Agus

Apakah Banyak Beasiswa di Jepang?

Sangat banyak yang menghubungi kami untuk menanyakan bagaimana cara melanjutkan studi dan mendapatkan beasiswa ke Jepang?

Kalau info beasiswa dicari di internet, sebenarnya banyak sumber yang bisa didapatkan, sudah banyak event-event seminar beasiswa yang kami adakan setiap tahun, juga buku yang komplit ditulis, tidak hanya memuat kisah, perjuangan, trik sukses para penulisnya dalam mendapatkan beasisiswa dan kesempatan studi ke Jepang, tapi juga komplit tentang bahasan, bagaimana cara memulai dan berjuang untuk mendapatkan beasiswa ke Jepang.

Buku Rahasia Melanjutkan Studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang (ACIKITA Publishing) sudah kami terbitkan sejak tahun 2008. Kami ingin berbagi banyak informasi ke pada masyarakat dan generasi muda Indonesia. Disamping itu ada juga perjuangan wanita tangguh di luar negeri untuk merampungkan sekolah S2 dan S3-nya, disamping harus mengurus anak dan keluarga di luar negeri, yang hidup mandiri tanpa adanya pembantu (asisten rumah tangga).

Buku Menaklukkan Mahalnya Kehidupan di Luar Negeri, serta bagaimana survive hidup di LN, apalagi di Jepang, negeri dengan biaya hidup termahal di dunia juga sudah kami tulis.

Apa sih nilai manfaat hidup dan tinggal di luar negeri? Bisa dibaca di dalam buku “Mengapa Bertahan di Negeri Orang?” Buku ini bukan hanya menuliskan enaknya hidup di luar negeri, tapi lebih dalam lagi, kami membidik semua nilai positive layanan pemerintah di setiap negara untuk kemajuan masyarakatnya. Pemimpin adalah pelayan ummat, yang harus memajukan ummatnya bukan untuk memperkaya diri pribadi dan golongan. Bagaimana kondisi dan kemajuan Jerman, Jepang, Belgia, US, Mesir, Thailand, dan Malaysia, di bidik di dalam buku ini. Sungguh bukan tulisan sembarangan, karena semua tulisan harus memenuhi kisi-kisi penulisan, ibarat menyusun sebuah disertasi, harus ada cakupan yang jelas dari rencana riset dan proposal riset yang ditulis.

Ada juga yang bertanya dan gamang meninggalkan Indonesia untuk menuntut studi ke luar negeri karena takut tidak aman untuk sholat. Maka kami juga sudah meliput banyak negara di dunia, bagaimana perjuangan menegakkan dienNya, dikemas dalam buku “Meraih CintaNya”

“Wah saya ingin sekolah ke luar negeri, tapi belum menikah, orangtua belum izin.”

Soal nikah dan jodoh adalah kuasa Allah, bisa dibaca buku kami berjudul Menikah Tanpa Pacaran? Oke Banget!!! Buku ini menghadirkan kisah nyata delapan penulis yang menjalani atau berprinsip menikah tanpa pacaran. Banyak juga yang menemukan jodohnya di luar negeri. Di dalam buku ini digali bagaimana proses menemukan pasangan, cara dan teknik yang dilakukan untuk memutuskan pilihan, dan bagaimana dua insan yang bersatu setelah menikah mengemas visi misi rumah tangga mereka. Pertengkaran, beda pendapat adalah fitrah, karena tidak ada otak yang sama isinya, bagaimana mengatasi dan menyelesaikan permasalahan, juga dibahas di dalam buku ini. Bagus sekali dibaca oleh yang belum menikah, maupun yang sudah menikah untuk terus mencharger kekuatan ikatan pernikahan, agar tidak terbentuk ikatan baru dengan seseorang yang tidak hala (baca selingkuh yang kini marak di Indonesia).

Wah nanti di luar negeri punya anak, saya masih sekolah, mau menunda dulu agar tidak punya anak.

Kami sudah menghadirkan buku “Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini” Bagaimana trik dan usaha seorang ibu yang saat itu bersekolah untuk menyelesaikan studi doktornya. Ia bukan berada pada jurusan computer science, yang sebagian teman mengistilahkan, bisa libur ke lab, karena bisa pencet tombol enter dari rumah. Tapi sang Ibu di sini, bersekolah di jurusan yang sulit, artinya butuh ketergantungan yang tinggi untuk di lab. Kalau tidak ke lab tidak ada hasil. Ia mensiasati dan merancang metode untuk menghadapi anaknya yang masih bayi (lahir saat tahun pertama sekolah doktor). Uji coba metode diterapkannya untuk anaknya, sehingga anak enjoy karena bisa mengekspresikan kecenderungan dininya, dan ibu pun bisa tetap belajar dan membaca journal sembari mengasuh bayinya.  

Jadi semua kegalauan, semua hal yang membuat ragu para teman-teman dan generasi muda di Indonesia yang bersungguh-sungguh untuk studi di luar negeri, sudah kami jawab dalam banyak buku yang diterbitkan oleh ACIKITA. Bacalah buku-buku tersebut, insyaAllah sungguh sangat menginspirasi. Betapa banyak ucapan kagum, dan terimakasih dari para pembacanya. Cuman buku-buku hanya ada di ACIKITA, untuk mendapatkan buku ini bisa menghubungi kami, atau email ke acikitaekonomi@gmail.com.

.Perjuangan, strategi berjuang, trik menghadapi melemahnya semangat aktivis di Indonesia yang belum terbiasa untuk istiqomah untuk kegiatan volentir, juga harus terus dicari metode dan diterapkan. Perjuangan ke atas, perjuangan sesama manusia, membangun link dan kerjasama juga harus kami lakukan. Jadi mohon maaf bila pertanyaan ini kami jawab, “Silahkan baca buku kami karena sudah ditulis sangat komplit. Isinya sungguh padat, bergizi, komentar dari banyak pembaca.”

Untuk hal beasiswa sesuai judul di atas, sungguh sangat banyak beasiswa yang tersedia di Jepang. Kalau berani masuk Jepang pertama kali tanpa beasiswa, dan memang serius untuk melanjutkan studi, mau mendengar sharing kami, insyaAllah bisa survive studi di Jepang. Namun memang, jangan mengharapkan suksses instan, misalnya 5 bulan datang ke Jepang terus akan menimba hasil segera, maka ini sungguh tidak mungkin. Hidup harus berjuang, dan perjuangan membutuhkan proses.  

Ada student yang beasiswanya diputus, karena pindah studi dari suatu universitas ke universitas lai, karena alasan yang memang urgent. Tapi Alhamdulillah belum cukup sebulan sekolah, sudah ada panggilan beasiswa. Khusus di Universitas top dan negeri, di Jepang, ada banyak sekali beasiswa yang dititipkan oleh banyak industri, yayasan, pemerintah dan perusahaan di Jepang. Ketika 2002 saya mendaftar sebagai student dengan biaya pribadi awalnya, cukup mendaftar biaya ujian saja sebesar 25.000 yen. Biaya masuk universitas setelah diterima baru dibayarkan sejumlah 125.000 yen, diskon 50%. Sedangkan biaya kuliah tidak perlu dibayar di awal, bisa dibayar di akhir semester. Taktik ini untuk menunggu dulu beasiswa. Jadi banyak hal yang bisa dikompromikan.

Bila tidak punya pemasukan, maka uang sekolah juga bisa gratis (nol yen). Tapi memang data yang disetorkan harus jujur. Tidak ada hal atau data bohong yang bisa dilakukan di Jepang, karena semuanya bisa terhubung, dan dicek. Jadi bersekolah di Jepang sekaligus mendidik kejujuran setiap insan.

“Jangan ya coba-coba berbohong atau memalsukan dokumen, bila anda berada di Jepang.”

Jadi sangat sungguh banyak beasiswa yang ada di Jepang, sangat berbeda dengan kesempatan aplikasi di Indonesia, dimana hanya ada beasiswa untuk ke Jepang beberapa macam saja.

Nah masalahnya untuk masuk ke Jepang? Jalannya Anda harus mendapatkan seseorang yang mampu menjamin Anda untuk ke sana, apakah prof di perguruan tinggi aatau seseorang Indonesia yang memang punya potensi sebagai penjamin, yang punya kedudukan dan finasial baik.

Bila penjamin adalah seorang prof di Jepang, maka harus diawali dan dibentuk hubungan baik, dengan prof tersebut. Tidak mudah memang untuk mendapatkan professor calon pembimbing, dan mau mengundang Anda begitu saja. Butuh seseorang yang bisa merekomendasikan.

Saya berjuang 3 tahun intensif untuk mendapatkan professor di Jepang. Butuh usaha sangat ekstra untuk mempertinggi nilai CV. Siang malam, bahkan Sabtu dan Minggu tetap riset di lab di “Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor” jalan Tentara Pelajar 3A. Tujuannya agar saya bisa punya data, bisa tulis paper dan journal. Alhamdulillah akhirnya diundang oleh Prof di Jepang, karena ia melihat ada potensi saya untuk melakukan riset bioteknologi.

Jadi kalu berniat untuk suatu hal yang diimpikan, maka harus berjuang, berjuang dan terus berjuang. Tentu harus diiringi do’a kepadaNya.

Kami di ACIKITA walaupun punya banyak kolega dan hubungan baik dengan banyak prof di beberapa perguruan tinggi di Jepang, tapi jujur kami tidak bisa sembarangan menerima seseorang untuk direkomendasikan, atau dibantu dalam hal biaya dan beasiswa. Karena kepercayaan prof bisa hilang bila seseorang yang direkomendasikan tidak punya akhlak yang baik, dan tidak serius untuk studi.

Kobe 26 Maret 2014

Jumiarti Agus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *